Selasa, 27 Februari 2007

surat untuk sahabat

Sebenernya ya, dulu, aku ga gitu yakin, aku bs menikah dengan orang yang baru banget aku kenal. Aku malah berpikiran, lebih enak nikah sama orang yang minimal udah aku tau kesehariannya. Udah pernah interaksi, walo aku blm punya ‘rasa’ buat dia. Dengan begitu, proses adaptasinya nggak begitu susah. Bayangan aku, amat susah beradaptasi dengan orang yang sama sekali blm aku kenal. Asal kamu tau, aku memulai semua ini dengan rasa khawatir yang gede juga loh. Bisa nggak ya aku nanti hidup dengannya? Seumur hidup loh, bukan cuma sebulan dua bulan. Ato setahun dua tahun. Bahkan, aku pengen pernikahan aku ini kekal sampe di surga nanti. Amien.

Tapi, pikiran itu berubah setelah aku lalui semua ini. Allah itu emang udah memberikan pasangan yang tepat buat aku. Aku bisa menjalaninya dengan baik. Semua yang aku khawatirkan nggak terjadi. Malah, keindahan demi keindahan aku dapatkan. Yah, pernikahan aku emang masih seumur jagung sih. Blm teruji. Tapi kami punya bekal yang sama agar perjalanan ini bisa sampe ke tujuan.

Kuncinya agar kami bisa melaluinya adalah dengan rasa saling menerima kekurangan masing2. saling percaya, saling berlapang dada. Dan kami nggak saling berekspektasi. Menampilan semua apa adanya. Nggak ada yg ditutup2i. pokoke udah menyiapkan keikhlasan untuk menerima kondisi masing2.

Waktu aku masih dalam pertimbangan menerima ato tidak tawaran taaruf ini, aku membicarakannya dengan hati aku, bukan dengan nalar aku. Soale, klo aku membicarakannya dengan nalar, akan banyak muncul pertimbangan2 yang malah memusingkan aku sendiri. Penuh dengan ketakutan yang ga jelas akan sesuatu yang belum terjadi. Akhirnya, aku ajak aja hati aku yang bicara. Alhamdulillah, semua malah dipermudah oleh Allah. Aku yakin, seiring perjalanan ini akan ada masalah, rintangan, dan lain-lain. Tapi, aku udah memasrahkannya total ke Allah.

Aku yakin apapun masalahnya nanti, Allah pasti akan memberikan jalan keluarnya karena aku memulai semua ini dengan niat ibadah kepada-Nya.

Yang bikin aku tambah yakin adalah waktu khitbah. saat itu, yayangku ditanya macem2 tuh sama keluargaku. Tentang gimana waktu kenalannya, kapan, apakah bener2 dah siap menikah, lalu kenapa aku yang dipilih. Satu ucapan yang bikin aku merinding. Dia mengatakan kalo dia mencintai aku karena Allah. Cinta karena Allah itu menurut aku adalah cinta yang paling tinggi. Paling kekal. Dan aku amat sangat bersyukur bisa mendapatkan cinta seperti itu.

Asal kamu tau ya. Waktu yayangku ngelamar aku itu, dia baru aja kehilangan pekerjaannya. Tapi dia jalan terus sambil terus berusaha ngelamar kerja ke sana sini, sesuai dengan minatnya dia. Seminggu sebelum nikah, akhirnya dia dapet pekerjaan. Emang sih blm mapan. Tapi ada penghasilan. Aku sih meyakini menikah itu sebagai proses mendapatkan yang lebih baik lagi. Aku yakin kok rezeki Allah itu nggak akan berkurang ketika menikah, malah akan semakin bertambah. Ada aja jalannya. Asal mau berusaha.

Jadi gitu. Kamu nggak boleh mundur klo emang udah niat menikah ya hanya karena alasan2 yang hanya mempertimbangkan materi ato fisik.

Huehhehe… sok tau ya aku… yah, aku cm mau bagi2 pengalaman aja. Doakan ya biar aku bs melalui semua ini dengan baik dan ikhlas. Amien…

Nah, sekarang, seberapa besar keyakinan kamu ke ALLAH, itulah jawabannya. Tapi tetep aja ya, kamu harus mendapatkan informasi yang shahih tentang calon kamu dari orang yang emang terpercaya.

wassalam
woro

Senin, 19 Februari 2007

koneksi yang lemot

belakangan ini, koneksi kompiku lemot banget. udah gitu sekarang dijatah lagi waktu OL-nya. aku nggak bisa full day lagi manteng di sini. dan blogspotpun ikut2an susah banget aku buka. jadi deh aku jarang posting di sini.