Kamis, 22 Mei 2008

[cerita] detik-detik melahirkan raihana

ini tulisan lama. ditulis waktu masih cuti. waktu itu pengen posting tapi ga bisa. karena jauh dari inet. hihihi....

----

Assalamualaikum dunia maya! Sudah hampir sebulan lebih aku nggak datang berkunjung. Aku beritahu ya, aku sekarang sudah menjadi ibu. November lalu tepatnya tanggal 26 november aku melahirkan seorang putri cuantik bernama “Raihana Putri Rahmani” lewat persalinan sesar (SC). Yah, ternyata takdir berkata lain. Setiap ibu hamil tentu ingin lahir normal. Tapi kalau kondisi menuntut hal lain, tidak ada pilihan lagi.

Kenapa aku di-SC? Hasil USG pada hari itu menunjukkan usai kehamilanku baru 8 bulan 4 hari. Prediksi berat bayi sekitar 2,4 kilo. Belum ada pembukaan sama sekali. Aku nggak merasa mules sama sekali. Tapi... air ketubanku tidak hentinya mengalir deras. Awalnya sih, Cuma muncul bercak kecokelatan di pagi hari. Namun menjelang siang, tiba2 aja ada air yang merembas membasahi rokku. Aku diminta usg oleh bu bidan untuk mengetahui kondisi terakhir dan untuk menentukan tindakan apa yang akan diambil. Aku telepon suamiku untuk segera mengantarku usg. Aku bingung mau usg ke mana. Klinik2 terdekat yang ada, baru bisa usg malam hari. Dokternya baru praktek malam hari. Ke rumah sakit juga gitu. Pengen ke hermina... hiks apa daya tak ada dana cukup buat ke sana. Akhirnya aku memutuskan ke rumah sakit yang ada di beji, G**I, berharap ada dokter yang praktik siang. Di sana ternyata dokternya ada sore jam 5. sedangkan aku sudah ada di sana sekitar pukul 1. rembesan air tak berhenti juga. Akhirnya aku diminta dirawat di ugd saja. Oleh bidan sana aku disarankan untuk dirawat mengingat untuk pulang pun kondisiku tidak memungkinkan sambil menunggu dokter praktek (ah, seharusnya ada dokter yang stand by nih). Air ketubanku terus saja mengalir dan makin deras sewaktu aku bergerak sedikitpun. Bingung sekali kondisi waktu itu. suamiku juga ikutan bingung, rawat apa pulang? Pulang berarti nekad. Akhirnya kami memutuskan untuk dirawat dan meminta ruang kelas 3. apa daya, tempat tidur di kelas 3 penuh. Aku dimasukkan ke ruang kelas 2 dulu menunggu ruang kelas 3 kosong baru pindah.

Suamiku sempat memintaku menelepon ibu, memberitahu kondisiku ini. tapi aku takut ibu panik. Aku takut ibu kaget terus syarafnya sakit lagi. Inginnya aku periksa usg dulu. Setelah tau gimana kondisinya baru deh kasih tau. Takutnya ini bukan masalah besar udah bikin panik orang. Barangkali aja tidak ada apa2. suamiku akhirnya menelepon kakak iparnya untuk jadi second opinion nanti bila ketemu dokter. setelah menunggu dokter datang dan di-usg, dokter malah menyarankan SC karena kondisi udah nggak memungkinkan untuk lahir normal. Aku Cuma bisa pasrah aja deh namun tetap ingin lahir normal. Kakak ipar kasih saran ke dokter gimana kalo di-induksi aja. Bisa kata dokter. Tapi harus menunggu sekitar 10 jam baru kemungkinan bayi akan lahir. Masalahnya, dari hasil usg, usia kandunganku baru 34 minggu. Berat bayi diprediksi sekitar 2,4 kg saja. Belum ada pembukaan sama sekali. Aku nggak mules sama sekali. Dokter tidak mau menjamin ketubanku masih ada kalo menunggu 10 jam itu. hiks. Akhirnya kata sepakat SC pun keluar. Sebenarnya aku nggak rela, tapi nggak bisa berbuat apa2.

Bada magrib aku dipersiapkan operasi di ruangan khusus. Suamiku menemani. Sambil menunggu, suamiku duduk di samping tempat tidurku. Dan... dia menangis.... ya, dia menangis di sampingku.... baru kali ini aku melihat airmatanya menetes. Aku tau apa yang dirisaukannya. Masalah dana. Aku juga nggak tau akan dapat menutupi biaya operasi ini dari mana. Aku punya tabungan, tapi nggak cukup menutupi semuanya. Diperkirakan akan habis 6 jutaan. Ah, abang... sudahlah tak usah risau. Allah pasti memberikan jalan keluarnya. Toh semua ini terjadi juga karena atas izin-Nya. Tapi yang membuatku sedih, aku nggak kuat melihat dia menangis. Bila ia menangis, itu berarti apa yang dialami kali ini terasa berat buatnya. Biasanya, dia sabar menghadapi masalah yang lain. Mungkin ini titik dari rasa ketidakberdayaannya. Aku coba hapus airmatanya. Ah, tak kuat melihat dia menangis. aku pun ikut menangis. tapi akhirnya kami sadar, kami harus tetap menghadapi ini dan berpasrah kepada Allah.

Tepat pukul 7.50 malam, operasi selesai. Bayiku perempuan cantik. Pipinya kemerahan, bibirnya mungil merekah. Aku langsung jatuh cinta pada bayi mungil ini. setelah operasi aku dimasukkan ke ruang perawatan. Karena ruang kelas 3 belum kosong, sambil menunggu kosong, aku dimasukkan ke ruangan yang tidak terpakai tapi masih layak ditempati.

malam itu terasa sangaaat panjang. obat biusnya lama kelamaan menghilang dan rasa sakit pelan-pelan mulai terasa. aduhai, ini adalah malam yang paling menyiksa. aku tak kuat menahan sakitnya. dan aku tak bisa tidur. berkali-kali aku minta suamiku memanggil suster. mereka hanya mengatakan, "sabar, bu... emang begitu kalo abis operasi." mereka tak melakukan apa2 untuk mengurangi rasa sakitku. aku minta obat tidur saja tidak dikasih. lebih baik aku tidur daripada merasakan sakit ini. aku cuma bisa merintih menahan sakit. suamiku juga bingung mau ngapain.

tepat jam 12 malam, si mungil dibawa ke pangkuanku... aiiih, alangkah cantiknya kamu! bibirnya itu yang nggak nahan. aku diminta menyusui. hiks... tak setetes pun air susuku keluar. sediiiih rasanya. kata susternya, memang biasanya asi baru keluar maksimal 4 hari setelah operasi. beda dgn yg lahir normal bisa langsung menyusui. aku makin nggak bs tidur memikirkan asiku.

hingga keesokan siangnya, ketika aku hendak dipindahkan ke ruang kelas 3, aku tidak bisa tidur sama sekali. badan udah lemes abis. ngomong aja nggak kuat. hampir 24 jam lebih aku nggak tidur. aku bilang aja ke suster yg mengantarku ke ruangan. susternya beda lagi. dia kaget. kasian amaaat ni ibu... gitu kali ya pikirnya. aku minta dikasih obat tidur aja ke dia. dia baru deh menjelaskan klo pemberian obat tidur itu membahayakan bayi bila menyusui nanti. takut ikutan bobo terus. tapi akhirnya dia mau nelpon dokter nanya solusinya. siangnya aku disuruh nebus obat tidur dosis terendah. siang aku makan, sorenya dah mulai ngantuk. malamnya... tidur sampe puasssss....

hari kedua setelah operasi aku agak segaran. setelah tidur enak, aku dipaksa suster untuk bergerak miring kanan kiri, dan disuruh bangun dari tempat tidur. alamaaak yang namanya bergerak... sakiiit bangeeeettt.... huhuhu.... bayangin deh, baru dua hari udah disuruh bangun dri tempat tidur. ya, emang sih jatah perawatan cuma tiga hari. lebih dari itu biaya nambah. ya sudah, aku coba bangun dibantu suami. huhuhu... ini rasa sakit yang paling sakit yang pernah aku rasakan seumur idup. begitu ya cobaan ibu melahirkan. mungkin buat yang lahiran normal cobaannya ketika sebelum melahirkan merasakan mules dan rasa sakit yang tak tertahankan. entah lebih sakit mana, normal apa SC. yg jelas, ibu yang di-SC lebih lama merasakan sakitnya pascamelahirkan.

akhirnya dengan berjuang menahan sakit, aku bisa bangun. rasanya kebas begitu dibekas operasinya. aku bisa ke kamar mandi. untuk batuk and bersin, nggak kuat deh nahan sakitnya. untuk ketawa juga sakit ga ketulungan. karena itu aku bikin peraturan: dilarang melucu saat menjenguk orang yang abis operasi sesar.

ASI-ku tetep masih blm keluar. huhuhu... SEDIIIH BANGET! aku merasa sudah menzolimi anakku sendiri. ketika sudah di rumah pun, setelah 3 hari perawatan, ASI-ku tetep mampet. aku dikasih obat perangsang ASI.

rencana awalnya sih, di rumah ibu (kesepakatannya gitu, 40 hari pertama di rumah ibu, sisanya sampe abis cuti baru di rumah suami), aku hanya boleh pergi keluar kamar untuk pergi ke kamar mandi. tapi kenyataannya, aku mengerjakan sendiri keperluan bayiku kecuali memandikan dan mencuci pakaiannya. ada abinya yang mencucikan pakaian, ada mbak akungnya yang memandikan.

baby blues

ketika sampai di rumah ibu, ternyata aku masih harus menghadapi aneka peraturan ketat pasca melahirkan versi jawa selama 40 hari. aku harus terus pakai stagen dan gurita. aku harus tidur selonjoran terus. minum jamu pagi-sore, pake olesan jamu di perut setiap habis mandi. setiap aku ketahuan menekuk kakiku, ibu langsung teriak histeris agar aku meluruskan lagi kakiku. aku juga dilarang tidur di waktu pagi dari subuh hingga zhuhur. alasannya biar darah putih nggak naik. katanya orang yg baru melahirkan itu kembali muda tubuhnya, tulangnya, jadi harus dijaga baik-baik.

seharusnya saat itu aku memperhatikan bagaimana biar ASI-ku lancar. tapi selama 40 hari, aku hanya berkutat dengan batin sendiri ingin berontak terhadap dua pasal peraturan ala jawa itu.

pasal satu yang melarang tidur pagi. gimana aku nggak tahan. malam aku begadang menjaga bayiku bersama suami, pagi-siang sore aku ngurus bayiku. seharusnya ketika si bayi tidur, aku juga tidur. tapi tidak bisa. pagi ketika si bayi tidur lama, aku nggak boleh tidur. siang kadang bayiku rewel atau ada tamu sehingga aku nggak bs tidur. ashar, aku sudah harus mandi dan mengurus bayiku. waktu aku tak sengaja tertidur pagi hari karena kelelahan, ibuku langsung histeris membangunkan aku dan memarahiku. setiap ada tamu ibu yang datang, mereka juga mengatakan hal yg sama klo ibu abis melahirkan nggak boleh tidur pagi. hiks... betapa menderitanya... akhirnya aku coba bertahan menjalani peraturan itu daripada berantem terus dengan ibu. bisa dibilang, aku cuma bs tidur 3-4 jam sehari. ibuku memberi solusi sih agar aku nggak usah mengurus bayi di waktu malam. biar abinya sendiri. tapi aku tidur bersama bayiku. setiap dia bergerak sedikit, aku reflek melihat dia. waktu baby menangis, aku reflek ikutan bangun. rasanya nggak rela bayiku terkena satu gigitan nyamuk. jadinya, setiap bangun subuh, rasa lelah tak tertahankan yang aku rasakan. aku nggak bs konsentrasi mencoba terapi agar ASI-ku keluar.

pasal dua yang melarang selonoran. terkadang, waktu aku harus mengganti popok bayiku, aku dalam posisi yang sulit untuk tetap selonjoran. rasanya jahitanku tertarik klo tetap selonjoran. kalo dalam posisi santai sih nggak papa, malah enak selonjoran. seringnya aku ketahuan menekuk kakiku waktu mengganti popok, atu hendak menggendong bayiku. ibuku langsung histeris. aku selalu dibilang melawanlah, nggak patuhlah, nggak bisa dibilanginlah.... bikin dosa ortu karena marah2 mulu. padahal katanya semua peraturan itu baik untukku nanti. sstresss!!! masalahnya aku kan nggak melahirkan normal yang ketika bayi keluar semua rasa sakit itu hilang. aku masih merasakan sakit. ketawa aja sakit. aku juga disalahkan kenapa baru bilang ortu ketika mau dioperasi. bukan saat baru keluar bercak darah. ah, makin sedih aja deh aku.

ketika aku harus kembali ke RS untuk kontrol... begitu memasuki gerbang RS, aku jadi membenci rumah sakit ini. aku benci dokter yang mengoperasiku. aku nangis waktu di RS. aku menyalahkan semua orang. aku masih blm bs terima klo harus dioperasi. seperti trauma melihat RS ini. benci sebenci2nya. belum lagi ketika di kasir, aku diminta membayar tindakan yang tidak dokter lakukan, sebesar 60rb. tentu saja aku protes. aku cuma diangkat perbannya, dilihat sudah kering apa blm, dikasih obat. just it! tapi kenapa ada item USG di billingnya? makasih deh, aku jadi marah2 sebagai pelampiasan. suamiku hanya diam aja melihatku emosian. dia tau aku lg nggak stabil.

aku sudah coba minum segala obat-obatan meningkatkan ASI tanpa tau gmn terapinya. aku sudah dijejali aneka masakan yang katanya berkhasiat meningkatkan ASI. tapi aku kelelahan. stress... akhirnya, bayiku diberi susu formula. ASI-ku tetap susah keluar. aku sedih melihat setiap kali bayiku minum dari botol susu. hati terasa disayat-sayat. aku telah zolim terhadap bayiku sendiri. aku nggak bs memberikan makanan terbaik untuknya.

yang bikin aku tambah sedih, aku sangat berharap suamiku menemaniku setiap hari di rumah ibu. tapi dia harus pergi truuusss. sedih setiap melihat suamiku pergi. aku selalu sms or telepon siangnya meminta dia pulang cepat. rasanya klo ada suami rasanya aman. kadang suamiku menyembunyikan aku di pagi hari biar bisa tidur (walo pernah ketauan, hehe).

40 hari aku lalui dengan penuh kelelahan batin dan fisik. nangis mulu tiap hari. ASI tetap tidak banyak keluarnya. hanya sedikit. yang sedikit itu tetap aku beri ke bayiku, baru deh klo kurang dikasih botol.

semua ini mungkin memang sudah takdir dari-Nya. bukan salahku aku nggak bs ngasih ASI. Allah juga pasti sudah memahami upaya kerasku mendapatkan ASI. yang penting udah usaha maksimal. klo memang blm banyak ASI-nya, memang sudah rezekinya begitu barangkali. alhamdulillah, setelah pindah ke rumah suami, aku sudah jauh lebih tenang. sudah bisa menerima keadaan.

yang penting, putriku "RAIHANA PUTRI RAHMANI" selalu diberikan kesehatan dan kecerdasan oleh ALLAH SWT. dan tumbuh menjadi gadis yang salehah.

yang perlu aku kasih cacatan di sini, orang jawa memang penuh dengan mitos. dan itu aku lihat sendiri. banyak sekali mitos yang melingkupi ibu yang baru melahirkan beserta bayinya. bagaimana bayi diperlakukan juga ada mitos2nya. nanti deh aku tulis dalam lembaran berbeda. ini aja udah panjang banget tulisannya. next time disambung lagi.....

Selasa, 20 Mei 2008

why, mom?

kenapa sih, mom nggak pernah mau bisa memahami aku?

sejak duluuuu... sejak aku masih kecil... sampai sekarang, masih saja itu terulang lagi.

entah berapa kali mom tanpa sengaja melukai hatiku. aku tau bukan maksud mom melukaiku... tapi tidakkah mom sedikit saja mencoba berada di posisiku?

aku tau, itu tak mungkin terjadi. mom belum bisa meletakkan dirinya di posisi orang lain.

mom tetap mom. sampai kapan pun.

aku hanya bisa mencoba mengerti... teruuuus dan teruuuusss hanya aku yang harus mengerti. bukan mom.

tapi... membiarkan mom seperti itu terus juga tak baik. aku ingin mom belajar....

entah berapa kali kucoba. gagal lagi. setiap orang yang kumintai tolong hanya berkomentar, biarlah mom seperti itu....

jadi, biarlah luka ini terus menganga... biarlah... entah sampai kapan....

gambar diambil dari sini

Senin, 12 Mei 2008

hari ini umi berat pergi ke kantor

nak, tangismu pagi ini membuat umi susah berangkat. hati kok rasanya beraaaaaat ya. sampe kantor pun yang kepikiran cuma kamu, nak.

ketika umi selesai mandi, trus dandan, kamu selalu ngeliatin umi. klo umi lagi nengok ke rai, kamu ketawa-ketiwi.... trus banjir pipisss.... trus, nangis deh... huhuhu. padahal umi dah hampir telat nih. abi dah menunggu dengan tak sabar....

umi minta maaf aja ke abi karena abi juga akan telat ke kantor. umi tidak mungkin membiarkan kamu menangis. umi akhirnya bikin susu dulu...

nak, setiap kamu nangis... setiap umi lihat airmatamu.... hati umi sedih....

Minggu, 04 Mei 2008

ingin teriak!!!

capek.
itu yang kurasa.
capek pikiran dan capek badan.

memang sudah risikonya capek.
tapi enak klo capeknya bisa dibikin enjoy...

lah ini... udah capek...
ditambah bumbu-bumbu pedas lagi.

udah capek...
ditambah harus ini itu yang ga semua bisa dipenuhi.

enaknya klo bisa enjoy...
walau capek banget.