malam ahad kemarin, suamiku dan teman-teman seDPRa-nya mengadakan rihlah ke puncak. mobil dipinjamkan dari seorang tokoh masyarakat. berangkat malam hari pukul 9 sampai ahad siang.
aku memilih tinggal di rumah suami saja walaupun suamiku sudah mengizinkan aku untuk menginap di rumah bupuhnya raihana. ah, tidak. masih lebih enak di rumah sendiri kok. apalagi, suamiku baru saja merelokasi posisi-posisi perabot di rumah. tinggal aku rapihkan sedikit, sudah terasa sangat nyaman.
esok harinya, ada penyemprotan untuk memberantas nyamuk DBD. ternyata baru siang hari rumah kami dapat jatah penyemprotan, tepat ketika suamiku pulang dari puncak.
setelah beberes sebentar, ngepel lantai yang lengket, aku dan raihana pun bobo siang. (aaah, bobo siang yang menyegarkan. baru hari itu aku bisa bobo siang. hehehe).
malamnya, kami jalan-jalan ke margonda. awalnya, kami hanya ingin mencari lauk untuk makan malam ini. entah kenapa, suamiku malah mengajakku melihat-lihat jaket di salah satu toko jaket di pinggiran margonda.
"buat siapa, bi? perasaan jaket abi masih bagus-bagus!" spontan saja pikiranku sibuk menghitung-hitung anggaran yang ada. wah mepet banget.
"ini buat temen abi. tadi sewaktu di puncak abi lihat jaket dia sudah kumal banget. waktu abi tanya, ya cuma itu jaket yang temen abi punya."
aku diam saja mendengar penjelasan si abi. abi... abi... di tengah mepetnya anggaran bulanan, masih saja sempat memikirkan orang lain. tapi, mungkin memang rezeki kami ini hanya titipan. bukan semuanya milik kami.
ah, abi... selalu saja ada yang membuat aku terhenyak melihat sikap-sikapmu. ini entah sudah yang keberapa. herannya, kok aku ga bisa seperti kamu, bi? boro-boro deh aku mikirin orang lain. kayaknya mikirin diri sendiri aja bawaannya dah susah melulu. hiks hiks hiks...
"nanti kita mampir dulu ya ke rumah temen abi." ajak si abi setelah selesai membayar. jaket yang dipilih harganya lumayan juga. ya sudahlah. mungkin ini memang rezeki teman si abi yang dititipi ke kami.
"ustad, ini tadi ada yang ketinggalan di mobil. punya ustad."
"apaan ya? perasaan nggak ada yang ketinggalan."
"ya udah ambil aja."
temen abi pun menerima sambil melongo. setelah itu kami segera kembali pulang. malamnya, teman si abi mengirim sms. entah apa isinya. aku tak mau ikut membaca. yang jelas, mataku berkaca-kaca.
ah, abiiii.....
Insyaallah dg begitu akan ada rejeki lain utk keluarga mba.. :)
BalasHapussalam kenal..nice blog..keep posting
BalasHapus