Selasa, 23 September 2008

bingung... bingung... tuk memikirkan!

hehehe. iya nih. aku lagi bingung.

tadi pagi sewaktu ke rumah neneknya rai, aku melihat kakek rai lagi asyik menggendong dede fatimah. seketika aku langsung nggak enak. duh, gimana ya? kehadiran rai di sini mengganggu ga ya? gimana rasanya kakek ama nenek ngasuh dua cucu bersamaan begini? yang satu usianya masih belum genap satu bulan, yang satu dah menginjak 10 bulan, lagi aktif-aktifnya ke sana kemari. bisa dibayangkan lelahnya sang kakek nenek. apa ya yang ada di benak mereka? apakah benar mereka merasa lelah? ya pasti dunk.... mungkin mereka sebenarnya mengharapkan masa tua yang tenang. eh, ini malah sibuk ngurus cucu. hiks hiks hiks... seketika rasa bersalahku membuncah hebat. ketika menuju ke kantor, aku tanya kondisi ini ke suamiku. dia pun tak bisa berkata banyak. sesekali aku melihat suamiku mengusap matanya. tidak begitu jelas memang. karena aku berada di belakang dia. lagi diboncengin motor. aku intip dari kaca spion tak kelihatan jelas. apakah dia juga menangis?

ah... dilematis... semua dilematis!

ada beberapa opsi jalan keluar:
1. raihana diasuh di rumah aja oleh orang lain. ini riskan. di rumah suamiku tak ada siapa2 yang bisa memantau. nggak akan ketahuan nanti anakku diapain. aku juga ragu bila memberi pengasuhan ke orang lain. takut ga bener. jadi musti cari orang yang bener2 terpercaya, tingkah lakunya baik, tutur katanya sopan, akhlaknya mulia. adakah?
ini juga belum tentu disetujui nenek rai karena beliaulah yang meminta rai diasuh olehnya.

2. raihana diasuh oleh istri rekan kerjaku yang kebetulan rumahnya ada di sebelah kantor. jadi kan deket tuh klo mau nengokin. masalahnya, ibu-ibu yang bisa aku percaya kebanyakan juga sedang mempunyai bayi. bisa repot klo ngasuh dua bayi. ini juga belum aku konsultasikan ke nenek rai. takut beliau nggak setuju.

3. aku berhenti kerja. hiks. ini sebenernya yang ideal. tapi tidak ideal untuk kantong keluarga kami. aku kerja juga dalam rangka membantu kebutuhan rumah tangga. klo aku berhenti, akan ada pos-pos melompong yang senantiasa minta diisi. lalu, aku juga takut neneknya rai makin sedih melihatnya. ah, apakah ini yang membuat suamiku menangis?

aku harus mulai membicarakan ini ke nenek-kakek. agar mereka juga tidak kelelahan. tapi masih terbersit rasa khawatir....
beranikah aku membicarakan ini sementara aku tahu, masalah ini akan semakin diperluas ke mana-mana? ikhlaskah mereka dengan kondisiku?

ya Allah, bantulah aku!

2 komentar:

  1. wah kasusnya hampir sama nechh...aku jg lg bingung...kayaknya kntorku bagai telor diujung tanduk....hidup segan mati tak mau...aku takut banget di PHK, soale aku kerja ya sama ama bunda, utk bantu2...klo gak kerja, aku gak bisa ngebayangin gmn dgn kebutuhan2 hdp yg terus meningkat?? mdh2an ALLAH memberi jalan keluar terbaik utk kita berdua yaaa....amiin

    BalasHapus
  2. amieeen... namanya rezeki nggak ke mana deh.

    btw, yg bikin sedih itu kakek-neneknya sih. takut kecapean.

    BalasHapus